Monday, January 14, 2019

Guru BP

Perbanyak Guru BP Untuk Menjawab Sikap Kritis Orangtua

Akhir-akhir ini beranda fb banyak sekali beredar postingan atau berbagi tautan tentang gugatan orangtua terhadap guru (sekolah). Sebabnya adalah guru dianggap telah melakukan penganiyayaan terhadap siswanya, tentu ini menurut orangtua. Sebaliknya guru menganggap bahwa tindakannya tersebut masih berupa sebuah proses pendidikan, dimana siswa yang melanggar peraturan harus diberikan sangsi. Dan karena kesalahannya sudah berulang kali dilakukan, atau dianggap cukup berat maka guru memberikan sangsi yang cukup berat juga.

Pro dan kontra komentar saling meramaikan permasalahan ini. Saya tidak mau memasuki wilayah pro dan kontra tersebut, karena wilayah ini sudah terlalu banyak penghuninya, bahkan seringkali menjurus ke debat kusir. Saya berusaha melihat dari sisi yang lain, yang barangkali banyak terlupakan.

Saya ingin mengulas tentang perlunya guru Bimbingan Penyuluhan dan Bimbingan Karir (BP/BK) di setiap tingkat sekolah.

Sesungguhnya setiap guru, apapun mata pelajaran yang dipilihnya, memang dibekali oleh ilmu pendidikan dasar dan psikologi pendidikan. Tapi karena bekalnya minim, maka  sering kali guru jadi gelagapan menghadapi berbagai karakter siswa, yang berasal dari berbagai latar belakang keluarganya.

Oleh karena itu tidak jarang seorang guru salah mengambil tindakan terhadap siswa yang berbuat melanggar aturan. Lebih parah lagi kalau kesalahan itu berupa tindakan memberi sangsi berupa hukuman fisik terhadap siswa. Sementara kebenerann  orangtua siswa yang dikenai sangsi itu terlalu lebay mensikapinya, begitu lebay membela anaknya. Maka bermunculan peristiwa-peristiwa tidak produktif seperti yang sekarang banyak diberitakan, perseturuan orangtua dan guru. Akibatnya bisa dipastikan malahan membuat pembentukan karakter siswa jadi terhambat, kalau tidak mau disebut menjadi tambah jelek karakternya.

Sementara itu ada tenaga-tenaga guru yang relatif lebih banyak dibekali oleh ilmu pendidikan dan Psikologi, seperti tenaga guru Bimbingan dan Penyuluhan (BP/BK), amatlah kurang terserap di sekolah-sekolah.

Guru BP/BK selama ini memang seperti bukan tenaga guru prioritas yang harus ada di setiap sekolah. Banyak sekolah-sekolah yang tidak memiliki guru BP/BK. Dan andaikan adapun, beban mereka teramat banyak. Padahal pendidikan di Indonesia menitikberatkan kepada pendidikan karakter. Oleh karenanya seyogyanya, sebuah sekolah boleh saja kekurangan guru Matematika misalnya, asalkan tidak kekurangan guru Bimbingan Penyuluhan dan Bimbingan Karir.

Diharapkan dengan terpenuhinya kebutuhan tenaga guru BP/BK, maka penangganan terhadap permasalahan yang berkaitan dengan karakter siswa  dapat lebih profesional dan dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga dapat meminamilisir kesalahan bertidak dari para guru, yang akhirnya membuat masyarakat puas akan pelayanan sekolah.
Sehingga kemudian tujuan besarnya terlaksana. Diharapkan kelak terciptalah generasi masa depan yang lebih baik karakternya dibanding generasi sekarang.

Sebagai penutup saya jadi ingat ucapan Perdana Menteri Australia (kalau tidak salah), dia tidak kuatir anak-anak negerinya tidak semuanya pandai matematika, tapi dia sangat kuatir apabila ada anak yang tidak bisa dan tidak biasa mengantri untuk mendapatkan atau melakukan sesuatu.

Bicar Sunjaya

No comments:

Post a Comment

SILAHKAN TULIS PESANMU