Sunday, September 17, 2017

Pernikahan Dan Perlawanan Pada Budaya Hedonisme

Pernikahan Dan Perlawanan Pada Budaya Hedonisme

Seorang teman menikahkan putri pertamanya. Tentu saja sebagai orangtua,  dia pasti menyayangi anaknya. Terlebih putrinya itu begitu membanggakan keluarga, dia baru saja menyelesaikan kuliahnya di jurusan kedokteran.

Jadi sebenarnya lebih dari wajar, apabila pesta pernikahan putrinya itu diadakan secara meriah. Hitung-hitung pesta dua acara sekaligus. Sebagai ungkapan rasa syukur atas keberhasilan pendidikan, dan juga sekaligus pesta pernikahannya. Saya yakin dia mampu mengadakannya. Secara ekonomi dia cukup mampu untuk itu.

Tapi temanku itu berbeda dengan kebanyakan orang. Dia memang mengadakan syukuran. Bener-bener syukuran,  bukan pesta pernikahan seperti biasa yang kita temui. Cukup menarik buat saya. Acaranya sederhana, bukan tergolong pesta yang besar-besaran. Yang diundangnya pun terbatas, hanya kerabat dan sebagian teman-temannya  saja. Dan ada satu hal lagi yang tidak umum di masyarakat, di undangan tercantum kata-kata permohonan untuk tidak memberikan bingkisan baik kado ataupun uang kondangan. Saya salut dengan keluarganya.  Memang terkesan sepele, tapi hal itu adalah bentuk perlawanan terhadap budaya Hedonisme. Selain itu yang datang ketempat syukurannya tentu tidak terbebani dengan apa yang harus dibawanya sebagai bingkisan.

Cuman buat saya tetap aja ada kurangnya. Kenapa kalau syukurannya seperti ini, saya kok ngga diundang sih. Kan, lumayan dapat makan gratis.

No comments:

Post a Comment

SILAHKAN TULIS PESANMU