Monday, January 26, 2009

HIKAYAT DUA EKOR SAPI


HIKAYAT DUA EKOR SAPI

(Perbedaan Sosialisme, komunisme, Fasisme, Nazi-isme, dan Kapitalisme)

  1. SOSALISME

Kau punya dua ekor sapi,

satu ekor kau berikan kepada para tetanggamu se-erte untuk dijadikan

milik mereka bersama.


  1. KOMUNISME

Kau punya dua ekor sapi,

negara mengambilnya satu ekor,

kemudian kamu diberikannya segelas susu.


C. FASISME

Kau punya dua ekor sapi,

negara mengambil alih dua-duanya,

kemudian memaksamu membeli susu dari negara.


  1. NAZI-ISME

Kau punya dua ekor sapi,

negara merebutnya dengan terlebih dahulu menembakmu,

kemudian memaksa keluargamu untuk membeli susu dari negara.


  1. KAPITALISME

Kau punya dua ekor sapi betina,

Yang satu kau jual semahal-mahalnya,

Kemudia kamu beli satu ekor sapi jantan dengan harga semurah-murahnya.

Kemudian keduanya kau ansuransikan.

Sapimu bertambah, ekonomi naik, peduli setan dengan para tetanggamu.


  1. INDONESIAN CORUPTOR

Kau punya dua ekor sapi,

Dua-duanya hasil curian.

Kemudian kamu pekerjakan orang dengan upah murah untuk

memelihara kedua ekor sapi itu.

Setelah itu kamu jual susu sapi dengan terlebih dahulu mencapurnya dengan air

limbah deterjen bekas mencuci pakaian,

dengan perbandingan satu gelas susu dicampur dengan satu ember limbah.


  1. BICARISME KONSERVATIF

Kau punya dua ekor sapi,

Kau senang sekali, karenanya kau menonton sinetron.

Setelah sinetron usai, kau tersadar ternyata sapi-sapi itu sudah tidak ada lagi,

Untungnya ketika punya pun, itu hanya sebatas angan-angan.


AND WHAT DO YOU THING?


Mau Punya Penghasilan Tambahan Tanpa Takut Diomelen Bos? Klik, aja!


Main Hp Tapi Income Nambah. Mau?


Thursday, January 1, 2009

REFLEKSI AKHIR TAHUN 2008

REFLEKSI AKHIR TAHUN

Bersyukurlah wahai teman-teman seperjuangan!

KARENA:

1. Seorang teman, telah beberapa tahun menjadi kepala sekolah di suatu yayasan. Karena link-nya yang luas, dia banyak mengenal dan dikenal orang-orang di Dinas Pendidikan. Sehingga tidak mengherankan ketika sejumlah anak buahnya ikut tes GBS, mereka lulus semua. Paling tidak menurutnya, salah-satu sebabnya adalah karena link-nya itu (mungkin benar, karena semua anak buahnya yang ikut tes lulus semua).

Waktu berjalan, aturan baru datang, semua anak buahnya yang GBS diangkat jadi CPNS. Sedangkan dia tetap jadi pegawai swasta, dengan nasib yang agak memiriskan. Karena sesuatu hal, yayasan memberhentikannya dari jabatan kepala sekolah. Dia pun set back, kembali menjadi guru biasa lagi, bahkan jadi walikelas pun tidak.

2. Seorang teman, setelah hampir limabelas tahun menjadi guru swasta akhirnya diangkat menjadi CPNS. Tak lama kemudian dia ikut Prajabatan untuk menjadi PNS. Selesai prajabatan, beliau sakit cukup serius. Akhirnya sebelum SK PNS-nya turun, Allah berkehendak lain, beliau dipanggil Tuhan, beliau wafat sebelum cita-citanya dan harapan keluarganya terpenuhi. Cita-citanya itu hanya NYARIS tercapai.

Beberapa waktu kemudian, karena merasa memikul kesedihan yang berat, Istrinya datang ke sekolah, membawa foto-foto kenangan almarhum suaminya, sengaja memberikannya sekolah. Foto-foto tersebut membuat istrinya tertekan, namun apabila dibuang, sayang katanya.

Istrinya bercerita, karena belum terbit SK PNS suaminya, maka dia dan anaknya tidak mendapat tunjangan pensiun.

3. Tahun lalu seorang teman, guru PNS dari suatu sekolah, ditetapkan sebagai peserta sertifikasi guru. Karena nilainya kurang, dia tidak lulus portofolio, sehingga harus ikut diklat PLPG. Beliau mengikutinya dengan baik. Tapi sayang di tempat diklat, dia terserang penyakit jantung. Orang biasa bilang kena angin duduk.

4. Beberapa waktu lalu, saat upacara hari guru di kantor PEMDA, diumumkan oleh panitia, bahwasanya seseorang guru honor yang sudah mengabdi selama duapuluhlima tahun mendapat penghargaan dari pemerintah daerah tersebut. Alhamdulillah sebuah sertifikat, sebagai bukti penghargaan atas pengabdiannya itu, diterimanya langsun dari tangan seorang Wakil Bupati yang cukup terkenal.

Sang guru mendapat, hanya mendapat penghargaan berupa selembar sertifikat. Apalagi selain itu, saya tidak tahu. Saya juga tidak tahu, bagaimana perasaan Sang Wakil Bupati yang kondang itu. Yang jelas, Pak guru tersebut tetap menjadi pegawai honorer disuatu SD Negeri dengan penghasilan semoga saja membawa berkah bagi kehidupan beliau.